Jumat, 11 Desember 2015

AHMAD BIN HANBAL DAN PEDAGANG ROTI


Orang-orang di zaman dahulu mengenal para ulama seperti Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan lain-lain, melaluai kitab-kitabnya dan ketenaran namanya, tetapi mereka tidak mengenal wajah para imam tersebut. Mungkin saja mereka suatu ketika melihat Imam Ahmad atau Imam Syafi’i tetapi mereka tidak mengenal bahwa yang mereka lihat itu adalah Ahmad atau Syafi`i. Tentu saja karena di zaman itu belum ada TV
Ibnul Jauzi, dalam Manâqib Imam Ahmad, menceritakan bahwa suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal pergi musafir ke sebuah negeri. Di tengah perjalanan beliau mampir di sebuah masjid, dan setelah shalat Isya beliau duduk membaca kitab sambil menunggu tidur. Tiba-tiba penjaga masjid datang menghampiri dan berkata: “Berdiri! Keluar!” Ahmad menjawab: “Saudaraku, bagaimana mungkin aku keluar, aku musafir.” Penjaga itu tentu tidak tahu kalau orang ini adalah Ahmad bin Hanbal. Ia berkata: “Keluar!”Akhirnya Ahmad bin Hanbal keluar dan duduk di depan pintu masjid.
Ketika penjaga hendak menutup pintu masjid ia melihat Ahmad duduk di depan pintu. Iapun berkata: “Pergi dari sini!” Ahmad menjawab: “Saudaraku, tak mungkin aku duduk di jalan.” Kata si penjaga: “Tetap tidak boleh, walaupun sekedar duduk di depan pintu!” Penjaga tersebut memang seorang yang sangat kasar dan bengis. Ia mendekati Ahmad lalu menarik kedua kakinya dan menyeretnya hingga ke tengah jalan. Ahmad bin Hanbal memandang penuh keheranan, ia tak pernah sebelumnya dibuang di jalanan dengan cara seperti ini. Tentu saja karena penjaga itu memang tidak tahu kalau yang diseretnya adalah seorang Imam Ahlussunnah.
Di depan masjid terdapat sebuah toko penjual roti. Tukang roti itupun melihat kejadian tersebut dan merasa iba melihat orang tua yang diseret ke tengah jalan itu. Lalu ia berkata: “Mari kesini, tidur di tempat saya di toko ini sampai azan Shubuh.” Ahmad pun menghampiri dengan membawa tas kitabnya kemudian duduk untuk tidur di toko roti tersebut.
Ahmad memperhatikan apa yang diperbuat oleh penjual roti itu. Tentu saja tukang roti mempersiapkan adonan rotinya sebelum subuh karena ia membuka tokonya pagi-pagi sekali sebab orang-orang membutuhkan roti untuk sarapan. Amad memperhatikan tukang roti itu yang sedang membuat adonan roti. Ternyata sambil membuat adonan ia tidak henti-hentinya berdzikir mengucap: “Subahanllâhi wa bi hamdihi, subhanallâhil `azhim. dll.”
Untuk diingat, Nabi Saw bersabda: “Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya oleh Allah: Orang yang banyak berdzikir, orang yang dizalimi dan imam yang adil.” [HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi]. Biasanya seorang yang berdzikir, hanya berdzikir mengingat Allah selama 10 atau 15 menit dan setelah itu merasa lelah. Tetapi ternyata tukang roti itu tidak demikian. Berjam-jam berkerja mulutnya tak pernah berhenti berdzikir. Akhirnya Imam Ahmad bertanya: “Sejak kapan Anda berdzikir sambil bekerja seperti ini?” Tukang roti itu menjawab: “Saya seperti ini sejak bertahun-tahun.” Ahmad bertanya: “Apa Anda tidak merasa capek?” Ia menjawab: “Saya telah membiasakannya sehingga menjadi terilhami melakukannya sebagaimana saya bernafas.”
Kebaikan tentu saja memiliki keberkahan dalam kehidupan. Ia akan memancarkan cahaya pada wajah, mendatangkan kelembutan hati, keluasan rezeki, kesehatan badan, kebaikan dan kesalihan anak, kecintaan manusia, dsb. Oleh karena itu Imam Ahmad bertanya: “Lalu keberkahan apa yang Anda dapatkan dari banyaknya Anda
berdzikir mengingat Allah?” Tukang roti itu menjawab: “Sesungguhnya aku, tak sekalipun aku berdoa melainkan Allah selalu mengabulkannya.” Imam Ahmad bertanya lagi penuh keheranan: “Tak sekalipun engkau berdoa melainkan Allah selalu mengabulkannya?!” Tukang roti itu menjawab: “Ya, dami Allah, tak sekalipun aku berdoa melainkan Allah selalu mengabulkannya...... kecuali satu doa saja!”
Imam Ahmad bertanya: “Doa apakah itu?” Tukang roti itu menjawab: “Aku berdoa semoga dapat melihat Ahmad bin Hanbal.” Maka Imam Ahmad pun berkata dengan nada tinggi: “Itulah Allah (Yang mengabulkan doamu). Dia telah membawakan kepadamu Ahmad bin Hambal dengan di seret kakinya sampai ke toko rotimu...!!!”
Subhânallâh.... Imam Ahmad tidak diseret keluar masjid melainkan lantaran doa ahli dzikir itu.....
Ya Allah jadikanlah kami ahli dzikir....
Allâhumma a`innâ `alâ dzikriKa wa syukriKa wa husni `ibâdatiKa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar