kehidupan ibu kota ini
memang ga ada matinya, kehidupan di kota metropolitan bisa dibilang non stop 24
jam seperti hal nya hari ini, saya keluar rumah sekitar pukul 5.15 untuk pergi
berkerja. Sambil berjalan dari pintu rumah menuju halte sekitar 500 meter,
lumayan perjalanan hanya sekedar untuk
menuju angkutan umum. Sambil berjalan aku melihat berbagai pemandangan, begitu
banyak orang dengan kesibukan mereka masing masing. Ada tukang sayur dengan
gerobaknya yang sudah tidak terlihat oleh mata karena di penuhi pembeli, ada
pula para professional muda berpakaian rapi dengan jalan yang kecepatan tidak
biasanya seperti di kejar-kejar eemmmhhhh… mungkin dia biasa hidup di jepang
dengan gaya jalan yang super cepat klo dibandingkan dengan orang-orang
Indonesia. Belum selesai mata ini memandang keadaan pagi itu, sambil senyum aku
melihat anak-anak berseragam berlalu kejar-kejaran dengan bus sekolah berharap
tidak ketinggalan karena jika mereka harus naik angkutan umum pastinya
mengurangi uang jajannya. Sampai juga di tempat pemberhentian angkutan umum,
seperti sebelumnya aku menunggu bus antar jemput yang sudah disiapkan oleh
pihak perusahaan. Kebetulan aku bekerja di sebuah perusahaan manufaktur yang
memproduksi sepatu.
Sesampainya di tempat
kerja aku kaget banyak orang yang sedang melihat mading, hal ini tidak biasa
karena walaupun ada informasi tidak sepenuh ini. Ternyata isinya adalah daftar
nama karyawan yang di mutasi, dan dari salah satu daftar nama tersebut ada nama
yang tidak asing, yaa.. itu nama saya “Aufa”. O..o.o ternyata kebagian juga
dimutasi pikir ku sambil senyum sendiri.
Aku menunggu kepala
bagian untuk mengeluarkan perintah kerja, kami di mutasi untuk bagian yang
berbeda dan gedung yang berbeda, tidak banyak yang dipikirkan hanya terlintas
satu kata “Adaptasi”. Tidak tanggung-tangggung hari itu juga kami yang di
mutasi pindah.
Hari pertama di gedung berbeda sudah pasti
ruangan dan orang-orang berbeda, terasa seperti karyawan baru stok lama berada
disana. Aku diajak muter-muter di perkenalkan dengan rekan kerja dan ruangan
yang ada disana.
Mata saya tertuju pada
satu sudut yaa.. disana ada sebuah meja dengan segala peralatan, tpi sudah
pasti bukan meja dan segala isinya yang menjadi perhatian saya tapi orang yang
berada disana. Emmhhh… dengan kain yang panjang yang menutupi dirinya klo aku
bilang itu seperti mukena yang digunakannya, dengan rok yang lebar serba
tertutup namun bisa leluasa bekerja. Mata ku tak henti melihatnya…
bukan aneh tapi rasa
yang berbeda saat itu, walaupun saya sudah berjilbab, yaaaa… jilbab ala gantung
diri karena terlilit-lilit dileher dan jilbab ala kadarnya yaaaa… itu yang aku
kenakan.
Tidak ku sangka orang
yang sedari tadi aku pandangi berjalan mendekat menghapiri ku, emmmhh aku gugup
saat itu, takut tersinggung dan sebagainya. Semakin mendekat detak jantung pun
semakin kencang berdetak … aku yang berada sekitar 5 meter dari tempatnya
bergegas sok sibuk, padahal saat itu masih bingung mau mengerjakan apa.
“Assalamualaikum… “
sapanya
“Wa’alaikumusalam, iya
mba..” jawab ku
“Salam kenal, nama ku
ira”
“Oh iya mba ira, aku
aufa. salam kenal juga..”
Tanpa basi basi aku
langsung mengajukan pertanyaan “ mba ira bagian apa ?”
“Aku bagian injection,
bagian yang mendata produk dari semua mesin injection, bagian kita berkaitan ko,
klo kamu bagian mendata asesorisnya.” Jelasnya
“Oh.. gtu ya mba,,
mohon bantuannya” jawab ku sambil tersenyum
“Insyaallah semoga kita
jadi partner kerja yang cocok yaa.. “ tambahnya
Kita saling senyum
tanda akhir dari perkenalan ini.
Hari ganti hari kami pun
semakin akrab, mba ira banyak membantu pekerjaan ku, makan siang bareng bahkan
kita sudah asyik cerita-cerita, terlebih lagi mba ira orangnya hamble jadi
asyik banget nggak seperti apa yang terpikirkan sebelumnya.
***
Seharian semua orang
sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing, berharap waktu pulang tiba. Aku yang
tidak harus lembur bergegas merapihkan tempat kerja. Sedang asyik membereskan
barang-barang yang ada di meja tidak disadari ada yang berdiri di sampingku
sambil tersenyum namun senyumnya itu
penuh dengan pertanyaan, ya yang sedang berdiri sambil senyum-senyum melihat ku
itu mba ira.
“ biasanya hari minggu
kemana..?” tanyanya
Sambil berpikir tumben
mba ira bertanya seperti itu, “ biasanya ya dirumah aja, klo pun pergi paling
main dengan teman-teman ke mall, kenapa mba..? jelas ku sambil ku ajaukan
pertanyaan lagi.
“eemmmmhhh,,,,,, minggu
ini kita jalan-jalan yuck… mau nggak?”
“Wahhhh… kita mau
kemana emangnya, Insyaallah minggu ini saya kosong” jawab ku excited sekali
“Malam minggu mba sms tempat
ketemuannya, insyaallah nggak rugi ko…!!!!”
Oh.. iya mba, aku
tunggu sms nya…!!! Sambil senyum dan pamit pulang duluan.
Sepanjang perjalanan
aku terus memikirkan ajakan mba ira, tumben banget diajakin jalan tapi ga tau
temapatnya dan rahasian gitu, dan lucunya saya langsung mengiyakan saja,
biasanya setiapa diajak jalan selalu detail nanyanya, yaaa.. saya orang seperti
itu kalo mau melakukan sesuatu itu harus jelas walaupun hanya sekedar jalan
bareng teman ke mall, pergi sama siapa aja, mau ngapain..? jam berapa dan masih
banyak lagi yang akan ditanyakan. Tapi berbeda dengan ini tanpa berpikir saya
langsung mengiyakan.
Yaaa,,,, malam ini
malam minggu, seperti yang sudah sudah aku habiskan malam minggu di rumah saja
sambil bercengkraman dengan keluarga, atau dihabiskan membaca novel dan nonton
tv tergantung mood saat itu maunya apa. Tiba-tiba hp bergetar menandakan ada
sms yang masuk, bergegas ku lihat hp untuk membacanya. Ternyata sms dari mba
ira sesuai janjinya ingin menginformasikan mengenai janji esoknya. Nggak pake
lama aku langsung membukanya.
“ Assalamualaikum, Aufa
besok kita ketemuan di depan rumah sakit awal bros ya di kebon nanas jam
setengah 7 pagi kalo bisa jangan telat ya, oia jangan lupa bawa Al-qur’an
terjemahaan dan catatan sama pulpen buat coret-coret. Hhehe”
Itu Sms yang dikirim
mba ira, tidak langsung ku balas karena takut salah baca, karena awalnya
janjian itu mau jalan-jalan.. lahhh.. ko ini malah disuruh bawa buku pulpen dan
dasyatnya bawa Al-qur’an terjemahaan. Emmhh.. salah kirim yaaa.. tpi klo salah
ada manggil nama. Hati ini tidak berhenti bicara sendiri logika ku bermain-main
disini.
Hadeuh… mba ira bikin
pensaran deh lagi-lagi hati ku berbicara sendiri…
Langsung ku balas pesan
singkatnya untuk menjawab semua rasa penasaran ini. “Wa’alaikumussalam Mba ira,
ini bener harus bawa Al-Qur’an, emangnya kita mau kemana?” langsung ku sentuh
tombol send.
Menungu ku balasan dari
mba ira, ternyata lumayan lama sampai-sampai sudah tidak sadar saya terlelap
tidur.
***
Suara ayam sudah berkokok
bertandakan adzan subuh segerah berkumandang, mmmhhh… ayam milik tetangga
memang selama ini menjadi alarm buat saya, karena ia berkokok berkali-kali 15 –
30 menit sebelum adzan subuh berkumandang. Siapa yang miara ayam, siapa yang di
untungka hehhee.
Aku coba bangkit dari
tempat yang begitu nyaman sekali walaupun hati merasa belum rela karena masih
ingin menikmati tidur terlebih lagi ini hari libur jadi membuat tubuh enggan
bergerak. Akhirnya kupaksakan mata ini untuk terbuka dan melihat ke sitiap sudut
kamar, pas pada posisi di benda yang berbentuk lingkaran dan bergambar
kaligrafi Allah dan bersanding dengan kekasihnya yaitu Nabi Muhamad
Salallahualahi wa salam, ku lihat baik-baik jarum jam di dalamnya mengarahkan
pada angka 04 pagi, sontak tubuh ini langsung bangkit dari tempat yang
membuatnya malas-malasan dan aku pun langsung teringat janji dengan mba ira.
Aku langsung membuka hp
karena ingin memastikan, berhubung semalam sms belum sempat dibalas. Setelah ku
buka ternyata ada pesan singkat dari mba ira.
“ iya Aufa bener, besok
kita jalan ke pejompongan ketemuan sama ustad muda dan keren, pokoknya ga
nyesel deh, insyaallah banyak manfaatnya.. sampai ketemu besok yaa”
Ketemu ustad…???? Pikir
ku
Ya sudah lah, pergi
saja siapa tau memang bermanfaat kedepannya.. bicara sendiri sambil menuju
kamar mandi.
Setelah selesai semua,
aku ingat bahwa mba ira menyuruh ku membawa al-quran terjemahaan, sambil
berpikir saya punya al-quran kecil dan ada terjemahaan tapi dimana yaa.. sambil
berpikir dan terus mencari,,, yaaa.. maklum
selama ini baca al-quran juga nggak tiap hari, kalau pun baca pake
al-quaran yang besar dan seadanya di rumah. Setelah mencari-cari ternyata ada
di tumpukan buku-buku, ya.. sedikit legah ternyata masih ada.
Setengah enam aku sudah
siap untuk berangkat, aku pamit dengan ibu yang sedang menyiapkan sarapan.
“Mah.. aku pergi dulu
yaa, mau ke pejompongan mau jalan sama temen kerja..???” pamit ku
“Loh.. ko pagi banget ,
nggak sarapan dulu..???” sambil kaget karena ga biasanya hari minggu jalan
sepagi ini.
“Nggak…. udah di tungguin, nti telat,, jalan dulu mah.
Assalamualaikum..” sambil berjalan kelur dapur.
“Iya hati-hati…”
sahutnya mengijinkan
Setalah itu seperti
biasa aku jalan dari rumah sampai ke halte, sesampai di halte beruntung langsung
ada angkot jurusan cikokol yaa. Tidak perlu mengarahkan angkot untuk berhenti,
angkotnya langsung berhenti sendiri di depan ku. Emmh.. mungkin aku jadi
penumpang pertama piker ku karena belum ada penumpang selain aku.
Sambil di angkot
ternyata karena belum ada penumpang, angkotnya ngetem lama sekali di terminal
poris. Ya allah.. sambil liat jam sudah jam setengah tujuh, pasti mba ira
nunggu lama nih.. langsung ku ambil hp untuk mengabarkan mba ira bahwa angotnya
ngetem , berharap mba ira mengerti disana.
Tidak disangka baru aku
ambil hp dari dalam tas, ada telepon dari mba ira. Langsung ku angkat karena
ingin menjelaskan keterlambatannya.
“ Assalamualaikum..”
suara salam dari sebrang sana
“ wa’alaikumusalam mba,
maaf mba aku telat ini angkotnya masih ngetem” ku jawab salamnya, dan langsung
menjelaskan keadaan yang aku alami.
“Iya gpp, Cuma mau
pastiin aja, kamu jadi” jawabanya
Ya.. udah aku tunggu
yaa Fa, hati-hati dijalan, Wa’salamualaikum…. lanjut mba ira
Iya mba makasih,
wa’alaikumusalam, ku tutup percakapan ini.
Angkot melaju dengan kecepatan mungkin
sekitar 40 km perjam, supir angkot sambil lihat kanan kiri berharap ada
penumpang yang ingin menaiki angkotnya. Aku yang duduk dibelakang sudah tidak
mau ambil pusing lagi dengan lambatnya cara supir mengemudikannya, aku nikmati
pemandangan pagi kota tangerang. Sesampainya di depan mall tang city melihat
banyaknya yang menggunakan seragam hijau sedang melakukan senam, aku perhatikan
sisi lainnya terdapat beberapa bazar yang sudah dipenuhi pembelinya. Dan sisi
lainnya ada sebuah posko cek kesehatan. Ternyata sedang ada event yang
terlintas dalam benak, sambil senyum melihat sekeliling area Mall Tang City
dari dalam angkot. Beberapa kilometer lagi sampai pada tempat tujuan aku yang
mulai aga risau karena melihat matahari semakin meninggi segera melihat jam,
ternyata sudah hampir jam tujuh, dengan sedikit risau aku segera mengabarkan
kembali mba ria berharap beliau tidak kecewa.
Akhirnya jam 07.05 saya
sampai di rumah sakit awal bross, setelah turun dari angkot dan membayarnya
tidak lama langsung ada yang menghapiri ku dan mengucap salam.
“Assalamualaikum fa… “
sambunt mba ira sambil mengulurkan tangan
“Wa’alaikumussalam,
afwan mba telat…”
Sambutan hangat dengan senyum
yang sumringahnya mba ira, dan disana bukan hanya mba ira ada dua orang
lainnya.
“Kenalin fa, ini mili
dan ini mba arum..” sambung mba ira mengenalkan temannya..
Melihat mba arum aku
jadi merasa salah kostum, mba arum lebih tertutup di banding mba ira, namun
melihat mili yang seumuran dengan ku beliau pun masih mengunakan jean biru
dengan kemeja panel dan kerudung dongkernya, membuatkan seakan ada temannya,
kalaupun salah kostum ada toh ada temannya ini hehhe.
Akhirnya perjalanan
menuju tempat yang kita tujuh di mulai dengan menaiki sebuah bus umum namun
saya lupa bus jurusan apa, yang pasti arah bus tersebut melewati bendungan
hilir, sepanjang perjalanan kita tidak banyak bicara karena keadaan bus yang
penuh sehingga duduk pun kita terpisah-pisah.
Sampailah kita di
tempat yang ditujuh, emmhhhh yang terlihat pertama adalah rumah sakit angkatan
darat, dan terlintas dalam pikiran saya, ini ngapain di rumah sakit. Ternyata
bukan itu tujuannya, kita berjalan lumayan jauh dari tempat berhenti bus,
sekitar 100 meteran berjalan akhirnya sampai di madrasah darusalam.
Disana sudah ramai
sekali, di dalam kelas sudah penuh sesak oleh ibu-ibu dan bapak-bapak dan
rata-rata dari mereka berpakaian syar’i serta laki-lakinya berjenggot dan
bepakaian gamis serta celana cingkrang. Aku bisa melihat semua peserta
kajian yaaa karena aku berada di bangku
paling belakang, maklum datang telat hehhee.
Kucoba mengukuti
jalannya kajian tanpa bertanya banyak ini pengajian apa dan tempat apa. Ustad
yang menjelaskan di depan forum layaknya dosen, walaupun iya sudah di bilang
sepuh tapi ia masih sangat semangat dalam menjalani tugasnya untuk menjelaskan
materi kajian.
Kajian saat itu
mengenai birul wa lidain, ya saat itu
kajian hening sekali karena pembahasan yang bisa tapi disampaikan dengan luar
biasa sehingga pendengarnya merasakan hal yang berbeda , tanpa sadar ternyata
aku sempat meneteskan air mata saat membicarakan ayah dan tentu terlebih saat
membahas ibu. Enatah apa yang merasuki hati ku, aku yang duduk di bangku
belakang sedari tadi mengeluarkan air mata tidak kunjung berhenti sampai-sampai
tidak sadar ustad yang yang menjelaskan melihat kearah ku sambil tersenyum,
sesaat aku sadar bukan hanya ustad saja tapi orang di sekeliling ku juga banyak
yang melihat, langsung ku hapus air mata ini. Dan ku berikan senyuman kepada
mereka semua berharap tidak ada yang bertanya dan berpikir macam-macam. Dalil
demi dalil di keluarkan ustad tidak sadar aku tidak sempat mencatat apa saja
dalil yang di sebutkan oleh ustad tadi, karena teramat tersentuh oleh
penjelasannya.
Kajian berakhir semua
orang bubar jalan sambil bersalaman satu sama lainnya, aku mengikuti kebiasaan
yang disana sambil bersalaman ada beberapa yang menyapa ku
“Baru ngeliat, hari
pertama ikut kajian yaa?”
“Wah.. si mba ini ikut
kajian sampe terharu banget.”
Bahkan ada yang
memberikan motivasi,
“ sabar ya mba, masih
muda kalo masih ada orang tua di manfaatkan, berbakti, semangat mba.”
Dan masih ada yang
lainnya, aku hanya tersenyum menanggapinya terlebih memang belum kenal dengan
mereka. .
Usai bubar aku bersama
mba ira dan beberapa orang laiinya tidak langsung pulang, kami mengikuti kelas
tahsin, yang ngajar anak dari ustad
namanya Dewa biasa di panggil mas dewa.
“Ini ustad ganteng yang
kemaren aku janjiin, lulusan LIPI loh, beliau udah S2 tapi belum nikah.” Ledek
mba ira mengingatkan ajakannya pertama kali
Aku hanya membalasnya
datar “ iya mba ganteng… “
***
Perjalanan menuntut
ilmu hari ini berakhir kami pulang dengan jalan pulang yang berbeda beda, aku
lebih memilih tidak ikut mba ira naik bus patas karena lebih jauh untuk sampai
kerumah ku, aku naik busway jurusan grogol-kalideres.
Sepanjang perjalan yang
aku ingat kata-kata ustad saat itu
“
Mana usaha mu untuk akhirat ibu bapak mu,..???
berjilbab
aja masih belum bener, ibadah aja malas-malasan, kebaikan apa yang telah engkau
yakini akan membantu orang tua mu , kalau kamu masih seperti ini. Ibadah ala
kadarnya, tadabur qur’an ala-alan ya karna ga pernah… di tambah lagi banyak
dosa yang kamu buat tiap hari, jam, menit bahkan detik.”
“Mau
jadi penolong disurga tapi kelakuan tidak mengarah ke surgawi, wahai anak ku
perbaikilah dirimu, mungkin ayah mu lupa memberitahukan mu karena ia lelah
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mu, atau mungkin ibu mu sudah tidak
sempat mengajari mu karena begitu banyak yang dikerjakannya, maka dari itu
wahai anakku engkau sudah di berikan fasilitas untuk belajar maka gunakanlah
dengan baik dan aplikasikanlah kehidupan sehari-hari.”