Jumat, 11 Desember 2015

AHMAD BIN HANBAL DAN PEDAGANG ROTI


Orang-orang di zaman dahulu mengenal para ulama seperti Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan lain-lain, melaluai kitab-kitabnya dan ketenaran namanya, tetapi mereka tidak mengenal wajah para imam tersebut. Mungkin saja mereka suatu ketika melihat Imam Ahmad atau Imam Syafi’i tetapi mereka tidak mengenal bahwa yang mereka lihat itu adalah Ahmad atau Syafi`i. Tentu saja karena di zaman itu belum ada TV
Ibnul Jauzi, dalam Manâqib Imam Ahmad, menceritakan bahwa suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal pergi musafir ke sebuah negeri. Di tengah perjalanan beliau mampir di sebuah masjid, dan setelah shalat Isya beliau duduk membaca kitab sambil menunggu tidur. Tiba-tiba penjaga masjid datang menghampiri dan berkata: “Berdiri! Keluar!” Ahmad menjawab: “Saudaraku, bagaimana mungkin aku keluar, aku musafir.” Penjaga itu tentu tidak tahu kalau orang ini adalah Ahmad bin Hanbal. Ia berkata: “Keluar!”Akhirnya Ahmad bin Hanbal keluar dan duduk di depan pintu masjid.
Ketika penjaga hendak menutup pintu masjid ia melihat Ahmad duduk di depan pintu. Iapun berkata: “Pergi dari sini!” Ahmad menjawab: “Saudaraku, tak mungkin aku duduk di jalan.” Kata si penjaga: “Tetap tidak boleh, walaupun sekedar duduk di depan pintu!” Penjaga tersebut memang seorang yang sangat kasar dan bengis. Ia mendekati Ahmad lalu menarik kedua kakinya dan menyeretnya hingga ke tengah jalan. Ahmad bin Hanbal memandang penuh keheranan, ia tak pernah sebelumnya dibuang di jalanan dengan cara seperti ini. Tentu saja karena penjaga itu memang tidak tahu kalau yang diseretnya adalah seorang Imam Ahlussunnah.
Di depan masjid terdapat sebuah toko penjual roti. Tukang roti itupun melihat kejadian tersebut dan merasa iba melihat orang tua yang diseret ke tengah jalan itu. Lalu ia berkata: “Mari kesini, tidur di tempat saya di toko ini sampai azan Shubuh.” Ahmad pun menghampiri dengan membawa tas kitabnya kemudian duduk untuk tidur di toko roti tersebut.
Ahmad memperhatikan apa yang diperbuat oleh penjual roti itu. Tentu saja tukang roti mempersiapkan adonan rotinya sebelum subuh karena ia membuka tokonya pagi-pagi sekali sebab orang-orang membutuhkan roti untuk sarapan. Amad memperhatikan tukang roti itu yang sedang membuat adonan roti. Ternyata sambil membuat adonan ia tidak henti-hentinya berdzikir mengucap: “Subahanllâhi wa bi hamdihi, subhanallâhil `azhim. dll.”
Untuk diingat, Nabi Saw bersabda: “Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya oleh Allah: Orang yang banyak berdzikir, orang yang dizalimi dan imam yang adil.” [HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi]. Biasanya seorang yang berdzikir, hanya berdzikir mengingat Allah selama 10 atau 15 menit dan setelah itu merasa lelah. Tetapi ternyata tukang roti itu tidak demikian. Berjam-jam berkerja mulutnya tak pernah berhenti berdzikir. Akhirnya Imam Ahmad bertanya: “Sejak kapan Anda berdzikir sambil bekerja seperti ini?” Tukang roti itu menjawab: “Saya seperti ini sejak bertahun-tahun.” Ahmad bertanya: “Apa Anda tidak merasa capek?” Ia menjawab: “Saya telah membiasakannya sehingga menjadi terilhami melakukannya sebagaimana saya bernafas.”
Kebaikan tentu saja memiliki keberkahan dalam kehidupan. Ia akan memancarkan cahaya pada wajah, mendatangkan kelembutan hati, keluasan rezeki, kesehatan badan, kebaikan dan kesalihan anak, kecintaan manusia, dsb. Oleh karena itu Imam Ahmad bertanya: “Lalu keberkahan apa yang Anda dapatkan dari banyaknya Anda
berdzikir mengingat Allah?” Tukang roti itu menjawab: “Sesungguhnya aku, tak sekalipun aku berdoa melainkan Allah selalu mengabulkannya.” Imam Ahmad bertanya lagi penuh keheranan: “Tak sekalipun engkau berdoa melainkan Allah selalu mengabulkannya?!” Tukang roti itu menjawab: “Ya, dami Allah, tak sekalipun aku berdoa melainkan Allah selalu mengabulkannya...... kecuali satu doa saja!”
Imam Ahmad bertanya: “Doa apakah itu?” Tukang roti itu menjawab: “Aku berdoa semoga dapat melihat Ahmad bin Hanbal.” Maka Imam Ahmad pun berkata dengan nada tinggi: “Itulah Allah (Yang mengabulkan doamu). Dia telah membawakan kepadamu Ahmad bin Hambal dengan di seret kakinya sampai ke toko rotimu...!!!”
Subhânallâh.... Imam Ahmad tidak diseret keluar masjid melainkan lantaran doa ahli dzikir itu.....
Ya Allah jadikanlah kami ahli dzikir....
Allâhumma a`innâ `alâ dzikriKa wa syukriKa wa husni `ibâdatiKa

Kamis, 10 Desember 2015

Akhirat Untuk Yang Tercinta (bag.1)

kehidupan ibu kota ini memang ga ada matinya, kehidupan di kota metropolitan bisa dibilang non stop 24 jam seperti hal nya hari ini, saya keluar rumah sekitar pukul 5.15 untuk pergi berkerja. Sambil berjalan dari pintu rumah menuju halte sekitar 500 meter, lumayan  perjalanan hanya sekedar untuk menuju angkutan umum. Sambil berjalan aku melihat berbagai pemandangan, begitu banyak orang dengan kesibukan mereka masing masing. Ada tukang sayur dengan gerobaknya yang sudah tidak terlihat oleh mata karena di penuhi pembeli, ada pula para professional muda berpakaian rapi dengan jalan yang kecepatan tidak biasanya seperti di kejar-kejar eemmmhhhh… mungkin dia biasa hidup di jepang dengan gaya jalan yang super cepat klo dibandingkan dengan orang-orang Indonesia. Belum selesai mata ini memandang keadaan pagi itu, sambil senyum aku melihat anak-anak berseragam berlalu kejar-kejaran dengan bus sekolah berharap tidak ketinggalan karena jika mereka harus naik angkutan umum pastinya mengurangi uang jajannya. Sampai juga di tempat pemberhentian angkutan umum, seperti sebelumnya aku menunggu bus antar jemput yang sudah disiapkan oleh pihak perusahaan. Kebetulan aku bekerja di sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi sepatu.
Sesampainya di tempat kerja aku kaget banyak orang yang sedang melihat mading, hal ini tidak biasa karena walaupun ada informasi tidak sepenuh ini. Ternyata isinya adalah daftar nama karyawan yang di mutasi, dan dari salah satu daftar nama tersebut ada nama yang tidak asing, yaa.. itu nama saya “Aufa”. O..o.o ternyata kebagian juga dimutasi pikir ku sambil senyum sendiri.
Aku menunggu kepala bagian untuk mengeluarkan perintah kerja, kami di mutasi untuk bagian yang berbeda dan gedung yang berbeda, tidak banyak yang dipikirkan hanya terlintas satu kata “Adaptasi”. Tidak tanggung-tangggung hari itu juga kami yang di mutasi pindah.
 Hari pertama di gedung berbeda sudah pasti ruangan dan orang-orang berbeda, terasa seperti karyawan baru stok lama berada disana. Aku diajak muter-muter di perkenalkan dengan rekan kerja dan ruangan yang ada disana.
Mata saya tertuju pada satu sudut yaa.. disana ada sebuah meja dengan segala peralatan, tpi sudah pasti bukan meja dan segala isinya yang menjadi perhatian saya tapi orang yang berada disana. Emmhhh… dengan kain yang panjang yang menutupi dirinya klo aku bilang itu seperti mukena yang digunakannya, dengan rok yang lebar serba tertutup namun bisa leluasa bekerja. Mata ku tak henti melihatnya…
bukan aneh tapi rasa yang berbeda saat itu, walaupun saya sudah berjilbab, yaaaa… jilbab ala gantung diri karena terlilit-lilit dileher dan jilbab ala kadarnya yaaaa… itu yang aku kenakan.
Tidak ku sangka orang yang sedari tadi aku pandangi berjalan mendekat menghapiri ku, emmmhh aku gugup saat itu, takut tersinggung dan sebagainya. Semakin mendekat detak jantung pun semakin kencang berdetak … aku yang berada sekitar 5 meter dari tempatnya bergegas sok sibuk, padahal saat itu masih bingung mau mengerjakan apa.
“Assalamualaikum… “ sapanya
“Wa’alaikumusalam, iya mba..” jawab ku
“Salam kenal, nama ku ira”
“Oh iya mba ira, aku aufa. salam kenal juga..”
Tanpa basi basi aku langsung mengajukan pertanyaan “ mba ira bagian apa ?”
“Aku bagian injection, bagian yang mendata produk dari semua mesin injection, bagian kita berkaitan ko, klo kamu bagian mendata asesorisnya.” Jelasnya
“Oh.. gtu ya mba,, mohon bantuannya” jawab ku sambil tersenyum
“Insyaallah semoga kita jadi partner kerja yang cocok yaa.. “ tambahnya
Kita saling senyum tanda akhir dari perkenalan ini.
Hari ganti hari kami pun semakin akrab, mba ira banyak membantu pekerjaan ku, makan siang bareng bahkan kita sudah asyik cerita-cerita, terlebih lagi mba ira orangnya hamble jadi asyik banget nggak seperti apa yang terpikirkan sebelumnya.
***
Seharian semua orang sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing, berharap waktu pulang tiba. Aku yang tidak harus lembur bergegas merapihkan tempat kerja. Sedang asyik membereskan barang-barang yang ada di meja tidak disadari ada yang berdiri di sampingku sambil tersenyum  namun senyumnya itu penuh dengan pertanyaan, ya yang sedang berdiri sambil senyum-senyum melihat ku itu mba ira.
“ biasanya hari minggu kemana..?” tanyanya
Sambil berpikir tumben mba ira bertanya seperti itu, “ biasanya ya dirumah aja, klo pun pergi paling main dengan teman-teman ke mall, kenapa mba..? jelas ku sambil ku ajaukan pertanyaan lagi.
“eemmmmhhh,,,,,, minggu ini kita jalan-jalan yuck… mau nggak?”
“Wahhhh… kita mau kemana emangnya, Insyaallah minggu ini saya kosong” jawab ku excited sekali
“Malam minggu mba sms tempat ketemuannya, insyaallah nggak rugi ko…!!!!”
Oh.. iya mba, aku tunggu sms nya…!!! Sambil senyum dan pamit pulang duluan.
Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan ajakan mba ira, tumben banget diajakin jalan tapi ga tau temapatnya dan rahasian gitu, dan lucunya saya langsung mengiyakan saja, biasanya setiapa diajak jalan selalu detail nanyanya, yaaa.. saya orang seperti itu kalo mau melakukan sesuatu itu harus jelas walaupun hanya sekedar jalan bareng teman ke mall, pergi sama siapa aja, mau ngapain..? jam berapa dan masih banyak lagi yang akan ditanyakan. Tapi berbeda dengan ini tanpa berpikir saya langsung mengiyakan.
Yaaa,,,, malam ini malam minggu, seperti yang sudah sudah aku habiskan malam minggu di rumah saja sambil bercengkraman dengan keluarga, atau dihabiskan membaca novel dan nonton tv tergantung mood saat itu maunya apa. Tiba-tiba hp bergetar menandakan ada sms yang masuk, bergegas ku lihat hp untuk membacanya. Ternyata sms dari mba ira sesuai janjinya ingin menginformasikan mengenai janji esoknya. Nggak pake lama aku langsung membukanya.
“ Assalamualaikum, Aufa besok kita ketemuan di depan rumah sakit awal bros ya di kebon nanas jam setengah 7 pagi kalo bisa jangan telat ya, oia jangan lupa bawa Al-qur’an terjemahaan dan catatan sama pulpen buat coret-coret. Hhehe” 
Itu Sms yang dikirim mba ira, tidak langsung ku balas karena takut salah baca, karena awalnya janjian itu mau jalan-jalan.. lahhh.. ko ini malah disuruh bawa buku pulpen dan dasyatnya bawa Al-qur’an terjemahaan. Emmhh.. salah kirim yaaa.. tpi klo salah ada manggil nama. Hati ini tidak berhenti bicara sendiri logika ku bermain-main disini.
Hadeuh… mba ira bikin pensaran deh lagi-lagi hati ku berbicara sendiri…
Langsung ku balas pesan singkatnya untuk menjawab semua rasa penasaran ini. “Wa’alaikumussalam Mba ira, ini bener harus bawa Al-Qur’an, emangnya kita mau kemana?” langsung ku sentuh tombol send.
Menungu ku balasan dari mba ira, ternyata lumayan lama sampai-sampai sudah tidak sadar saya terlelap tidur.
***
Suara ayam sudah berkokok bertandakan adzan subuh segerah berkumandang, mmmhhh… ayam milik tetangga memang selama ini menjadi alarm buat saya, karena ia berkokok berkali-kali 15 – 30 menit sebelum adzan subuh berkumandang. Siapa yang miara ayam, siapa yang di untungka hehhee.
Aku coba bangkit dari tempat yang begitu nyaman sekali walaupun hati merasa belum rela karena masih ingin menikmati tidur terlebih lagi ini hari libur jadi membuat tubuh enggan bergerak. Akhirnya kupaksakan mata ini untuk terbuka dan melihat ke sitiap sudut kamar, pas pada posisi di benda yang berbentuk lingkaran dan bergambar kaligrafi Allah dan bersanding dengan kekasihnya yaitu Nabi Muhamad Salallahualahi wa salam, ku lihat baik-baik jarum jam di dalamnya mengarahkan pada angka 04 pagi, sontak tubuh ini langsung bangkit dari tempat yang membuatnya malas-malasan dan aku pun langsung teringat janji dengan mba ira.
Aku langsung membuka hp karena ingin memastikan, berhubung semalam sms belum sempat dibalas. Setelah ku buka ternyata ada pesan singkat dari mba ira.
“ iya Aufa bener, besok kita jalan ke pejompongan ketemuan sama ustad muda dan keren, pokoknya ga nyesel deh, insyaallah banyak manfaatnya.. sampai ketemu besok yaa”

Ketemu ustad…???? Pikir ku
Ya sudah lah, pergi saja siapa tau memang bermanfaat kedepannya.. bicara sendiri sambil menuju kamar mandi.
Setelah selesai semua, aku ingat bahwa mba ira menyuruh ku membawa al-quran terjemahaan, sambil berpikir saya punya al-quran kecil dan ada terjemahaan tapi dimana yaa.. sambil berpikir dan terus mencari,,, yaaa.. maklum  selama ini baca al-quran juga nggak tiap hari, kalau pun baca pake al-quaran yang besar dan seadanya di rumah. Setelah mencari-cari ternyata ada di tumpukan buku-buku, ya.. sedikit legah ternyata masih ada.
Setengah enam aku sudah siap untuk berangkat, aku pamit dengan ibu yang sedang menyiapkan sarapan.
“Mah.. aku pergi dulu yaa, mau ke pejompongan mau jalan sama temen kerja..???” pamit ku
“Loh.. ko pagi banget , nggak sarapan dulu..???” sambil kaget karena ga biasanya hari minggu jalan sepagi ini.
“Nggak….  udah di tungguin, nti telat,, jalan dulu mah. Assalamualaikum..” sambil berjalan kelur dapur.
“Iya hati-hati…” sahutnya mengijinkan
Setalah itu seperti biasa aku jalan dari rumah sampai ke halte, sesampai di halte beruntung langsung ada angkot jurusan cikokol yaa. Tidak perlu mengarahkan angkot untuk berhenti, angkotnya langsung berhenti sendiri di depan ku. Emmh.. mungkin aku jadi penumpang pertama piker ku karena belum ada penumpang selain aku.
Sambil di angkot ternyata karena belum ada penumpang, angkotnya ngetem lama sekali di terminal poris. Ya allah.. sambil liat jam sudah jam setengah tujuh, pasti mba ira nunggu lama nih.. langsung ku ambil hp untuk mengabarkan mba ira bahwa angotnya ngetem , berharap mba ira mengerti disana.
Tidak disangka baru aku ambil hp dari dalam tas, ada telepon dari mba ira. Langsung ku angkat karena ingin menjelaskan keterlambatannya.
“ Assalamualaikum..” suara salam dari sebrang sana
“ wa’alaikumusalam mba, maaf mba aku telat ini angkotnya masih ngetem” ku jawab salamnya, dan langsung menjelaskan keadaan yang aku alami.
“Iya gpp, Cuma mau pastiin aja, kamu jadi” jawabanya
Ya.. udah aku tunggu yaa Fa, hati-hati dijalan, Wa’salamualaikum…. lanjut mba ira
Iya mba makasih, wa’alaikumusalam, ku tutup percakapan ini.
  Angkot melaju dengan kecepatan mungkin sekitar 40 km perjam, supir angkot sambil lihat kanan kiri berharap ada penumpang yang ingin menaiki angkotnya. Aku yang duduk dibelakang sudah tidak mau ambil pusing lagi dengan lambatnya cara supir mengemudikannya, aku nikmati pemandangan pagi kota tangerang. Sesampainya di depan mall tang city melihat banyaknya yang menggunakan seragam hijau sedang melakukan senam, aku perhatikan sisi lainnya terdapat beberapa bazar yang sudah dipenuhi pembelinya. Dan sisi lainnya ada sebuah posko cek kesehatan. Ternyata sedang ada event yang terlintas dalam benak, sambil senyum melihat sekeliling area Mall Tang City dari dalam angkot. Beberapa kilometer lagi sampai pada tempat tujuan aku yang mulai aga risau karena melihat matahari semakin meninggi segera melihat jam, ternyata sudah hampir jam tujuh, dengan sedikit risau aku segera mengabarkan kembali mba ria berharap beliau tidak kecewa.
Akhirnya jam 07.05 saya sampai di rumah sakit awal bross, setelah turun dari angkot dan membayarnya tidak lama langsung ada yang menghapiri ku dan mengucap salam.
“Assalamualaikum fa… “ sambunt mba ira sambil mengulurkan tangan
“Wa’alaikumussalam, afwan mba telat…”
Sambutan hangat dengan senyum yang sumringahnya mba ira, dan disana bukan hanya mba ira ada dua orang lainnya.
“Kenalin fa, ini mili dan ini mba arum..” sambung mba ira mengenalkan temannya..
Melihat mba arum aku jadi merasa salah kostum, mba arum lebih tertutup di banding mba ira, namun melihat mili yang seumuran dengan ku beliau pun masih mengunakan jean biru dengan kemeja panel dan kerudung dongkernya, membuatkan seakan ada temannya, kalaupun salah kostum ada toh ada temannya ini hehhe.
Akhirnya perjalanan menuju tempat yang kita tujuh di mulai dengan menaiki sebuah bus umum namun saya lupa bus jurusan apa, yang pasti arah bus tersebut melewati bendungan hilir, sepanjang perjalanan kita tidak banyak bicara karena keadaan bus yang penuh sehingga duduk pun kita terpisah-pisah.
Sampailah kita di tempat yang ditujuh, emmhhhh yang terlihat pertama adalah rumah sakit angkatan darat, dan terlintas dalam pikiran saya, ini ngapain di rumah sakit. Ternyata bukan itu tujuannya, kita berjalan lumayan jauh dari tempat berhenti bus, sekitar 100 meteran berjalan akhirnya sampai di madrasah darusalam.
Disana sudah ramai sekali, di dalam kelas sudah penuh sesak oleh ibu-ibu dan bapak-bapak dan rata-rata dari mereka berpakaian syar’i serta laki-lakinya berjenggot dan bepakaian gamis serta celana cingkrang. Aku bisa melihat semua peserta kajian  yaaa karena aku berada di bangku paling belakang, maklum datang telat hehhee.
Kucoba mengukuti jalannya kajian tanpa bertanya banyak ini pengajian apa dan tempat apa. Ustad yang menjelaskan di depan forum layaknya dosen, walaupun iya sudah di bilang sepuh tapi ia masih sangat semangat dalam menjalani tugasnya untuk menjelaskan materi kajian.
Kajian saat itu mengenai birul wa lidain,  ya saat itu kajian hening sekali karena pembahasan yang bisa tapi disampaikan dengan luar biasa sehingga pendengarnya merasakan hal yang berbeda , tanpa sadar ternyata aku sempat meneteskan air mata saat membicarakan ayah dan tentu terlebih saat membahas ibu. Enatah apa yang merasuki hati ku, aku yang duduk di bangku belakang sedari tadi mengeluarkan air mata tidak kunjung berhenti sampai-sampai tidak sadar ustad yang yang menjelaskan melihat kearah ku sambil tersenyum, sesaat aku sadar bukan hanya ustad saja tapi orang di sekeliling ku juga banyak yang melihat, langsung ku hapus air mata ini. Dan ku berikan senyuman kepada mereka semua berharap tidak ada yang bertanya dan berpikir macam-macam. Dalil demi dalil di keluarkan ustad tidak sadar aku tidak sempat mencatat apa saja dalil yang di sebutkan oleh ustad tadi, karena teramat tersentuh oleh penjelasannya.
Kajian berakhir semua orang bubar jalan sambil bersalaman satu sama lainnya, aku mengikuti kebiasaan yang disana sambil bersalaman ada beberapa yang menyapa ku
“Baru ngeliat, hari pertama ikut kajian yaa?”
“Wah.. si mba ini ikut kajian sampe terharu banget.”
Bahkan ada yang memberikan motivasi,
“ sabar ya mba, masih muda kalo masih ada orang tua di manfaatkan, berbakti, semangat mba.”
Dan masih ada yang lainnya, aku hanya tersenyum menanggapinya terlebih memang belum kenal dengan mereka. .
Usai bubar aku bersama mba ira dan beberapa orang laiinya tidak langsung pulang, kami mengikuti kelas tahsin, yang ngajar anak dari ustad  namanya Dewa biasa di panggil mas dewa.
“Ini ustad ganteng yang kemaren aku janjiin, lulusan LIPI loh, beliau udah S2 tapi belum nikah.” Ledek mba ira mengingatkan ajakannya pertama kali
Aku hanya membalasnya datar “ iya mba ganteng… “
***
Perjalanan menuntut ilmu hari ini berakhir kami pulang dengan jalan pulang yang berbeda beda, aku lebih memilih tidak ikut mba ira naik bus patas karena lebih jauh untuk sampai kerumah ku, aku naik busway jurusan grogol-kalideres.
Sepanjang perjalan yang aku ingat kata-kata ustad saat itu 

Mana usaha mu untuk akhirat ibu bapak mu,..???
berjilbab aja masih belum bener, ibadah aja malas-malasan, kebaikan apa yang telah engkau yakini akan membantu orang tua mu , kalau kamu masih seperti ini. Ibadah ala kadarnya, tadabur qur’an ala-alan ya karna ga pernah… di tambah lagi banyak dosa yang kamu buat tiap hari, jam, menit bahkan detik.”



“Mau jadi penolong disurga tapi kelakuan tidak mengarah ke surgawi, wahai anak ku perbaikilah dirimu, mungkin ayah mu lupa memberitahukan mu karena ia lelah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mu, atau mungkin ibu mu sudah tidak sempat mengajari mu karena begitu banyak yang dikerjakannya, maka dari itu wahai anakku engkau sudah di berikan fasilitas untuk belajar maka gunakanlah dengan baik dan aplikasikanlah kehidupan sehari-hari.”

Rabu, 09 Desember 2015

"Sang Pemilik Masa"


Aku serahkan hidup ku pada Sang Pemilik waktu, 
bukannya aku pasrah, 
tapi Sang Pemilik waktu, Pemilik Masa lalu, 
Masa sekarang dan Masa depan
"TAWAKAL"

Guratan pena mengalir dengan kejujurannya,
Semoga bermanfaat 
bagi penulisa dan pembacanya...


Ibunda Para Ksatria Muslim "Ummul Fadhl"



Bismillahorrohmanirrohim…


Sebuah pepatah Arab yang masyhur mengatakan

“Di belakang setiap pemuda ksatria ada sang Ibunda bijaksana.”



Wanita Qudwah (teladan) kali ini adalah seorang ibunda dari ksatria-ksatria muslim 
yang menjadi tonggak-tonggak kebenaran, pahlawan-pahlawan yang menegakkan
Islam dengan perjuangan mereka. Dia adalah Lubabah binti al-Harits bin
Hazn al-Hilaliyyah radhiyallahu’anha,
istri paman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, 
Abbas bin Abdil Muththolib, yang lebih dikenal dengan Ummul Fadhl 
karena anak tertuanya bernama al-Fadhl.


Kesuburan Menjadikannya Mulia
Ummul Fadhl ialah seorang wanita yang subur. Kesuburannya itu menjadikan 
kedudukannya dalan sejarah Islam menjadi tinggi dan mulia. 
Bayangkan, anak-anaknya yang kebanyakan 
laki-laki itu semua memiliki kelebihan dan peran penting dalam kemajuan dan 
perkembangan Islam. Siapakah mereka? Mereka adalah: al-Fadhl, putra tertua, 
lalu adiknya Abdullah, lalu Ubaidullah, Mu’id, Qots’am, Abdurrohman, dan yang ketujuh 
seorang putri bernama Ummu Habibah. Mereka semua adalah anak-anaknya 
dari Abbas radhiyallahu’anhum. Mereka adalah perawi-perawi hadits dari Rasulullah 
shalallahu ‘alaihi wassalam terutama al-Fadhl, Abdullah, dan Ubaidullah. 
Mereka tidak hanya meriwayatkan (mendengar hadits dari sahabat lain) saja, 
tetapi juga sima’i (mendengar hadits langsung dari Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam). 
Yang paling terkenal memiliki ilmu yang luas dan banyak di antara mereka adalah Abdullah, 
sehingga ia digelari Habrul Ummah.

Saudara-saudara seibu Ummul Fadhl juga dikenal sebagai orang-orang yang mulia 
sehingga mereka dikatakan ‘empat bersaudari yang mukminah’. 
Mereka adalah: Ummul Mukminin Maimunah, Ummul Fadhl, Asma’, dan Salma. 
Ibu mereka adalah Hindun binti ‘Auf al-Humairiyyah yang dikatakan sebagai wanita 
yang paling beruntung mendapatkan menantu; Maimunah adalah istri Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam, 
Ummul Fadhl istri dari Abbas bin Abdil Muththolib, 
Salma adalah istri Hamzah bin Abdil Muththolib, dan Asma’ adalah istri Ja’far bin Abi Tholib 
yang setelah ia meninggal dinikahi oleh Abu Bakar, 
lalu setelah Abu Bakat meninggal ia dinikahi oleh Ali bin Abi Tholib. 
Bukankah itu sebuah kemuliaan yang tak terhingga?

Ingin Hijrah Namun Belum Sanggup
Ummul Fadhl adalah wanita kedua yang masuk Islam setelah Khodijah radhiyallahu’anha. Putranya menceritakan: “Aku dan ibuku termasuk mustadh’afiin (orang-orang yang lemah dari golongan wanita dan anak-anak yang tidak mampu hijrah)”. Ya, mereka lemah. Sebab, Ummul Fadhl masuk Islam tidak bersama suaminya sehingga ia tidak sanggup hijrah ke Madinah bersama kaum muslimin yang lain. Sementara Abbas bin Abdil Muththolib sekalipun mendampingi Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam pada Bai’ah Aqobah, namun ia belum muslim pada saat itu. Pada Perang Badar ia ikut berperang di barisan kaum musyrikin karena terpaksa lalu menjadi tawanan kaum muslimin. Setelah itu, ia masuk Islam dan menyembunyikan keislamannya. Ia kembali ke Makkah dan menjadi mata-mata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam terhadap kaum musyrikin di Makkah. Abbas dan keluarganya hijrah ke Madinah sebelum penaklukan Kota Makkah. Abbas adalah orang yang sangat dimuliakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam begitu juga para sahabat sangat menghormati dan mengakui keutamaannya. Mereka selalu mengikutsertakannya dalam setiap musyawarah dan mendengar pendapat dan masukan-masukan darinya.

Sang Wanita Pemberani
Ummul Fadhl adalah seorang wanita yang berani dalam kebenaran. Abu Rofi’, maula Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bercerita tentang keberanian Ummul Fadhl :

“Suatu waktu, ketika saya masih menjadi budak Abbas bin Abdil Muththolib, dan Abbas telah masuk Islam secara diam-diam. Ummul Fadhl juga telah masuk Islam, dan aku pun juga ikut mereka.

Abu Lahab yang tidak bisa ikut berperang pada Perang Badar mengutus al-Ash bin Hisyam sebagai wakilnya. Begitulah tradisi dan peraturan orang Quraisy, bila seseorang berhalangan untuk ikut berperang maka mereka harus mengutus seorang wakil untuk menggantikannya.”

Abu Rofi’ melanjutkan ceritanya, “Aku adalah laki-laki yang lemah, bekerja sebagai pembuat cawan di sebuah kamar dekat sumur Zamzam. Ketika mendengar berita banyak orang Quraisy yang terbunuh dan terluka di Badar, makin tertanam dalam jiwa kami kekuatan dan kemuliaan. Dan ketika aku sedang duduk di tempatku bekerja, sementara di dekatku ada Ummul Fadhl, datanglah Abu Lahab ke arah kami dan duduk dekat dengan kami. Lalu terdengar seseorang berkata, ‘Lihatlah itu! Abu Sufyan telah datang.’ Abu Lahab kemudian memanggilnya sambil berkata, ‘Kemarilah, duduk di sini! Aku ingin mendengar berita darimu.’ Maka Abu Sufyan duduk di dekatnya, sementara orang-orang berdiri mengelilinginya.

Maka, mulailah Abu Sufyan bercerita tentang kejadian yang ia hadapi di Badar: ‘Demi ALLAH, ketika kami menyerang mereka (kaum muslimin), seolah-olah kami hanya menyerahkan diri kami kepada mereka untuk dibunuh semau mereka, dan menawan kami sesuka mereka. Aku tidak percaya mereka yang melakukan itu. Sebab, saat itu kami menghadapi sosok laki-laki putih menunggangi kuda yang menyerang di antara manusia, siapa saja berani mendekatinya pasti akan roboh ke tanah’.”

Abu Rofi’ berkata, “Mendengar itu, maka aku berkata, ‘Demi ALLAH, itu pasti malaikat!’ Dengan berang Abu Lahab mengangkat tangannya dan menampar wajahku dengan tamparan yang keras, lalu aku menyerangnya. Namun apa daya, aku hanya seorang lelaki yang lemah. Dengan mudah ia dapat menahanku dan membantingku ke tanah, kemudian menduduki dan memukuliku.

Melihat itu, Ummul Fadhl mengambil salah satu tiang kamar lalu memukulkannya ke kepala Abu Lahab yang menyebabkan bengkak dan berdarah, kemudian ia berkata, ‘Engkau berani menyakitinya ketika tuannya tidak ada!’ Dengan perasaan terhina dan malu akhirnya Abu Lahab berpaling dan pergi. Demi ALLAH, tujuh malam setelah itu, Abu Lahab mati karena penyakit lepra yang ditimpakan ALLAH kepadanya.”

“Itulah sikap seorang mukminah dalam menghadapi musuh ALLAH yang menyombongkan diri dan berani mengganggu dan menginjak-injak harga diri seorang muslim.

Sosok Wanita yang Cerdas

Selain pemberani, Ummul Fadhl juga seorang wanita yang cantik dan cerdas. Pada Hari Arofah, para sahabat berselisih paham tentang apakah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam saat itu berpuasa ataukah tidak. Mendengar pengaduan masalah itu, Ummul Fadhl mengirimkan segelas susu kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meminumnya. Maka tahulah mereka bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam tidak berpuasa. Dengan kecerdasan Ummul Fadhl, hilanglah keraguan dan perselisihan diantara para sahabat. Dan dengan itu mereka mendapatlan hikmah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam tidak berpuasa ketika wukuf di Arofah.

Suatu hari, Ummul Fadhl mengatakan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bahwa ia bermimpi melihat sepotong anggota tubuh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam di rumahnya. Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam mena’wilkannya (menafsirkan mimpinya): “Fathimah akan melahirkan seorang bayi laki-laki dan engkau akan menyusuinya bersama putramu Qots’am.” Tak lama setelah itu, lahirlah Husain bin Ali bin Abi Tholib, dan Ummul Fadhl yang menjadi ibu susuannya.

Suatu ketika, Husain kencing ketika berada dalam pangkuan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Melihat kejadian itu, Ummul Fadhl mencubitnya sehingga bayi itu menangis. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berkata: “Engkau telah menyakiti cucuku. Semoga ALLAH memaafkanmu.” Kemudian beliau meminta air lalu memercikkannya pada tempat yang terkena kencing itu.

Meriwayatkan Hadits Dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wassalam
Demikianlah kehidupan Ummul Fadhl radhiyallahu’anha, wanita yang sering dikunjungi oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam semasa hidupnya, dan ibu dari enam pemuda mulia, seorang wanita mukminah yang pemberani dan termasuk orang yang pertama masuk Islam. Ia wafat pada masa khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu mendahului suaminya, Abbas bin Abdul Muththolib. Ia meninggalkan untuk kaum muslimin tiga puluh hadits yang diriwayatkannya: dua hadits muttafaqun alaihi (diriwayatkan Bukhari dan Muslim), satu hadits diriwayatkan oleh Muslim saja, sisanya dalam kitab-kitab hadits yang lain.

Wahai Muslimah, Jadikanlah Dia Teladanmu!
Semoga semua wanita muslimah, dapat menjadikan Ummul Fadhl sebagai qudwah dalam kehidupannya. Ia dapat mengambil banyak faedah dari kesuburannya, dapat menyumbangkan banyak jasa bagi Islam, baik dengan diri atau melalui anak-anaknya. Akankah kita sekarang ini menolak atau menahan kelahiran anak-anak hanya karena alasan yang tak jelas?! Wahai ukhtiy (saudariku) muslimah, marilah kita mengintrospeksi diri kita, luruskan dan perbaikilah niat, semoga kita dapat memberikan sumbangsih untuk Islam. Bila kita tidak sanggup menyumbang harta dan tenaga, sumbangkanlah generasi penerus yang akan mengangkat bendera kalimat tauhid agar tetap berkibar di permukaan bumi ini.